Halaman

Pada Akhirnya Tuhan Mengembalikan Kita


Mereka bilang cinta yang penuh liku itu indah. Aku bilang itu melelahkan. Mungkin aku pernah bosan dengan rasa lelahku. Mungkin kebosananku sempat menjadikan aku terbiasa tanpamu, hingga akhirnya aku meninggalkanmu. Aku melupakanmu.

Aku tidak mengira bahwa luka yang kutinggalkan ternyata merobek kamu sedalam ini. Bahwa ternyata kamu teramat menyayangiku. Rasa sayang yang membuatmu seperti kehilangan kekuatan ketika aku pergi menjauhimu. Pula kamu menjadi sosok yang berbeda. Kamu terlalu lemah untuk menjadi kamu yang biasa aku kenal.

Liku yang kita hadapi bukan liku picisan seperti kisah cinta anak remaja dengan masalah kecil yang didramatisir berlebihan. Sampai sekarang pun liku kita masih terlalu sulit untuk kucerna dengan akal berpikir dewasaku.

Kamu, dengan segala yang kamu bisa, kamu lakukan untuk menahanku. Kamu masih menganggap bahwa aku adalah seseorang yang harus kamu pertahankan bahkan ketika aku memperlakukanmu dengan seenak jidatku. 

“Give me one more chance. Jika pada akhirnya Tuhan tak menggariskan kamu menjadi milikku, setidaknya beri aku kesempatan untuk membuktikan bahwa aku bisa menjaga kamu dengan baik. Beri aku kesempatan untuk menunjukkan padamu bahwa ada laki-laki yang pernah sangat mencintaimu, bahwa aku berusaha menjadi laki-laki terbaik diantara laki-laki lain yang mungkin akan memilikimu nanti” 

“Ini harus segera diakhiri sebelum kami semakin terluka lagi” itu kepalaku. “Kelak ketika aku tak bisa menemukan seseorang yang bisa menyayangiku seperti kamu—yang memiliki karakter paket lengkap seperti kamu, aku bisa apa?” Kali ini hatiku.

Entah. Pada akhirnya Tuhan menggariskan hatiku untuk menang. Lagi, entah. Rasa yang mungkin sudah tidak kurasakan lagi selama beberapa waktu, menyerangku kembali. Kali ini jauh lebih besar daripada jatuh cinta yang pertama kali kurasakan dulu. Belakangan kusadari bahwa rasa itu tidak pernah benar-benar pergi, dia hanya sangat kecil dibanding kelelahan dan ketakutan yang menutupinya.

Dan satu menit waktu yang kamu habiskan untuk bersedih karenaku, akan kuganti dengan sepuluh menit kebahagiaan. Sederhana, tapi itu janjiku.

Aku bersyukur Tuhan membuatmu menahanku untuk pergi. Juga bersyukur pada akhirnya Tuhan mengembalikanmu padaku.

0 komentar:

Posting Komentar