Halaman

 "Boleh tolong peluk aku sebentar?" Sudah. Sesederhana itu aku mengartikan kata bernama rindu.

Kepada Kamu dari Kejauhan


Kepada kamu yang aku rindukan dari kejauhan, sempatkanlah mengabari aku. Agar aku tahu, meski kamu tengah bersama mereka, setidaknya kamu masih sedikit mengingat aku.

Kepada kamu yang kunanti datangmu dari kejauhan, sempatkanlah untuk menemui aku. Agar aku tahu, tidak hanya aku yang merindukan kamu; paling tidak, kamu juga sedikit merindukan aku.

Kepada kamu yang memeluk hatiku dari kejauhan, sempatkanlah memeluk aku ketika kita bertemu. Agar ada bahagia yang bisa aku kenang ketika kita berjauhan.

Kepada kamu yang kucintai dari kejauhan, sempatkanlah untuk sekedar bilang “aku cinta”. Agar aku tahu apa yang kamu rasa. Jadi, aku tak bertanya sendiri dan kemudian menjawab sendiri.

Dan kepada kamu yang aku doakan dari kejauhan, sempatkanlah untuk mendoakan kita. Agar kita selalu bahagia. Bersama. Atau sendiri-sendiri.

Di Bawah Langit yang Telah Tuhan Cipta


Di bawah langit yang telah Tuhan cipta, aku mampu mengeja namamu dengan lancar untuk kemudian kulukis dengan kata. 

Di bawah langit yang telah Tuhan cipta, aku mampu meyimpan senyummu untuk kuingat sebelum aku terlelap. 

Di bawah langit yang telah Tuhan cipta, aku mampu memanjatkan doa untuk kebahagiaanmu meski aku tak menjadi bagian dari kebahagiaan itu.  

Dan di bawah langit yang telah Tuhan cipta, aku cinta.

Mencintaimu; kamu bilang tak usah rasakan pahitnya, nikmati saja manisnya. Bagaimana bisa aku terus merasa bahagia sementara hati tak mau berhenti membayangkan kamu sedang berada dalam pelukannya?

I do love you, sayang.. Tapi Tuhan punya ketetapan yang jauh lebih indah dengan tidak menjadikan namaku dan namamu bersatu dalam sucinya sebuah ikatan.

Kamu tahu?


Kamu tahu kenapa aku keren?
Karena aku masih tetap bertahan meskipun kita berjalan pada garis yang sejajar-tak akan bertemu pada satu titik, sejauh apapun kita melangkah. Secepat apapun aku berlari.

Aku juga hebat. 
Atas kerelaanku menjadi prioritas nomor sekian dalam hidupmu, atau bahkan jika hanya  sekedar sebagai penukar waktu luangmu. 

 Dan kamu tahu? 
selalu ada rasa syukur yang kupanjatkan dalam setiap senyuman di balik pelukanmu.  Karena memelukmu adalah anugerah sekaligus alasan atas kesabaran menunggu kedatanganmu.

Meski pada akhirnya kita akan sama-sama lelah berjalan, setidaknya kita pernah sama-sama berbagi kebahagiaan, setidaknya (kuharap) kita pernah saling merindukan.


Aku tau itu kau - ketika wangi favoritku adalah campuran parfum dan wangi tubuhmu; ketika tempat ternyaman adalah dekapmu; dan ketika ponsel yang berdering menjadi harap akan kabarmu.

Kepada sapa pagimu, kepada sedih yang kau konversi menjadi tawa, dan kepada kehangatan di sela jemarimu.. Aku menaruh harap.